Kampung batik Laweyan terbilang desa kerajinan dan kesenian tertua yang berada di kota solo, setidaknya nama dari desa laweyan dahulu merupakan pasar lawe yang memang menjual hasil kerajinan tenun dimana telah ada sejak zaman kerajaan pajang 1546 M.
Dalam sejarahnya Kampung Batik Laweyan mengalami dua kali masa kejayaan pada era tahun 1910-an ditandai dengan persatuan serikat dagang yang di motori oleh K.H Samanhudi dan serta pembentukan organisasi pengusaha pribumi dimana perannya begitu besar dalam tatanan politik dan ekonomi di wilayah solo, pada tahun 1970-an begitu pesatnya penjualan kerajinan seni batik sehingga salesroom begitu banyak di temukan di sudut sudut kampung, pada tahun inilah awal mula perkembangan pariwisata batik laweyan kian dikenal.
Berwisata dengan tujuan kampung batik lawean tak hanya mempelajari filosofi dari seni membatik, melainkan peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasilan tambahan atau bisa jadi penghasilan utama anda apabila anda cermat dalam menangkap peluang, anda tertarik berkunjung ?
Kampung batik lawean berlokasi di sepanjang jalan sidoluhur dan sebagian jalan doktor radjiman, Kelurahan Lawean, jika dari bandara adi sumarmo lokasinya kurang lebih hanya 14 km saja atau membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai.
Pemerintah kota solo menetapkan kawasan kampung batik laweayan sebagai cagar budaya yang bernilai historis, karena erat kaitanya terhadap peran desa dalam perkembangan kebudayaan kota solo, tidak heran wisatawan yang berkunjung akan disuguhkan objek wisata yang terkait dengan sejarah, seperti masjid lawean.
Pada perjalanannya masjid ini merupakan peninggalan Kyai Ageng Henis atau dikenal dengan sapaan Kyai Ageng Laweyan, beliau sendiri adalah keturunan langsung dari kerajaan Brawijaya V, dimana ayahnya bernama Kyai Ageng Sela, banyak masyarakat tak hanya sembari beribadah dan juga menyempatkan untuk berziarah di kompleks makam tempat di makamkannya beliau, lokasi dari kompleks makam satu kesatuan dengan masjid laweyan, di pemakaman ini juga terdapat beberapa makam kerabat kraton.
Terkait obyek wisata sejarah lainnya terdapat rumah peninggalan K.H Samanhudin, beliau merupakan tokoh yang berjasa dalam perjuangan menghadapi hegemoni belanda, dari tindakannyalah serikat dagang dimana merupakan perkumpulan pedagang pedagang besar batik pribumi terbentuk untuk melawan pengaruh voc, wisatawan dapat menemukan obyek wisata sebuah rumah yang merupakan pemberian dari tokoh bangsa presiden sukarno untuk K.H Samanhudin atas jasa jasanya.
Kegiatan wisata selanjutnya adalah kursus membatik, aktivitas membatik di kampung laweyan telah ada sejak turun temurun, masyarakat setempat tetap melestarikan seni kebudayaan ini ratusan tahun, kursus singkat batik sendiri akan menggunakan menggunakan canting untuk membuat pola pada sehelai kain yang ukurannya tak lebih dari 35 x 35 Cm, pembelajaran sendiri memakan waktu kurang lebih dua jam saja yang di dampingi ahli membatik, hasil dari kursus singkat tersebut dapat dibawa pulang.
Kursus singkat ini biasanya akan di ikuti lebih dari 10 orang atau lebih, sebab itu kebanyakan yang mengikuti kursus membatik berasal dari mereka mereka yang berwisata bekelompok seperti kegiatan yang diadakan sekolah atau perguruan tinggi tak jarang ada yang mengikuti kursus datang jauh berasal dari wisatawan luar negeri.
Selain kursus membantik wisatawan yang berkunjung akan di ajak serta mengikuti proses pembuatan batik, Seperti bagaimana cara membuat batik dengan berbagai teknik variasi pencetakan diantaranya menggunakan proses printing, cap dan tulis.
Produsen kampung batik laweyan tak hanya merambah katun dan garmen untuk mereka terapkan di seni pola batik, tetapi mereka juga berinovasi dengan menggunakan mebel dan kerajinan tangan lainnya, maka itu tak jarang wisatawan yang berkunjung menemukan meja dan kursi yang di percantik oleh pola tulisan batik bergambar.
0 komentar
Posts a comment